PT Delta Dunia Makmur Tbk sebuah perusahaan induk dengan kegiatan usaha utama sebagai jasa kontraktor pertambangan batu bara melalui entitas anak, mencatatkan pertumbuhan bisnis yang signifikan di 2022, sekaligus terbaik sepanjang operasional Perseroan.
Disampaikan Ronald Sutardja, Presiden Direktur emiten berkode bursa DOID ini, perseroan menempati posisi sebagai kontraktor pertambangan nomor dua terbesar di Indonesia melalui operasional di Indonesia dan Australia, dan masuk dalam jajaran level 1 kontraktor pertambangan di Australia.
“Kami memiliki operasi di Indonesia dan Australia, dua dari geografi pertambangan terbesar di dunia. Berikutnya kinerja bisnis kami sepanjang tahun 2022 tergambar dari pendapatan yang sebesar US$ 1,554 miliar, atau sekitar Rp24 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 71% dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Ronald dalam kesempatan Media Roundtable: Diskusi Kinerja Bisnis PT Delta Dunia Makmur Tbk tahun 2022, dan Inisiatif ESG Perusahaan yang digelar di Jakarta (28/3/2023).
Sementara itu dari sisi EBITDA, perseroan juga mencatatkan posisi yang lebih baik, sebesar US$ 365 juta atau sekitar Rp5,6 triliun. Angka ini merupakan kenaikan sebesar 56% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kami tahun lalu juga mencatatkan laba bersih sebesar US$ 29 juta, atau sekitar Rp448,1 miliar, sedangkan produksi batubara 87 juta ton, meningkat 61% year-on-year. Overburden removal meningkat 68% year-on-year atau 547 juta Bank Cubic Meter (BCM),” kata Ronald.
Berikutnya disampaikan pula bahwa perseroan mencatat orderbook yang solid dengan penambang global di berbagai wilayah geografis serta lintas komoditas dan disiplin, seperti batu bara termal, batu bara metalurgi, logam dasar, rehabilitasi wilayah pertambangan, Engineering Procurement Construction (EPC), dan infrastruktur.
Orderbook perseroan tercatat bertumbuh dari AUD 0,6 miliar di tahun 2021 menjadi AUD 2,3 miliar di tahun lalu. Selain meningkat hampir 4 kali lipat, 76% komoditas yang dihasilkan di Australia adalah 1 metallurgical coal. Ekspektasi pertumbuhan komoditas metallurgical coal ini diharapkan sebesar 1,5 kali sepanjang 2050 mendatang.
“Nilai kontrak juga semakin kuat setelah Perseroan melakukan akuisisi, dengan tambahan klien tier 1, termasuk pemerintah negara bagian Queensland, BHP Billiton dan Mitsubishi Alliance (BMA). Kontrak jasa pertambangan BUMA Australia (orderbook) meningkat 4 kali lipat sejak diakuisisi, dengan pertumbuhan signifikan di produksi komoditas batubara metallurgical,” ujar Ronald.
Memasuki tahun 2023, perseroan memproyeksikan bisa mencetak EBITDA di kisaran US$ 335 juta – US$ 390 juta. Sementara itu di sisi revenue, perseroan memproyeksikan bisa mencetak angka antara US$ 1,525 hingga US$ 1,675 miliar pada 2023. Ronald juga menyebut di tahun ini perseroan mentargetkan kenaikan volume produksi konsolidasi, dengan target overburden removal yang diproyeksikan mencapai 560 juta – 630 juta Bank Cubic Meter (BCM), dan produksi batu bara ditargetkan mencapai 75-80 MT.
DOID menjalankan kegiatan usaha utamanya sebagai jasa kontraktor pertambangan batu bara melalui entitas anak. Mulai tahun lalu Perseroan memperluas diversifikasi portfolionya sehingga saat ini memiliki 4 entitas anak dengan portfolio bisnis yang beragam, yaitu PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), kontraktor penambangan batubara yang didirikan pada tahun 1998. Dengan pangsa pasar 15%, BUMA menawarkan layanan kepada perusahaan batubara dan pemain baru yang berpotensi tinggi. Berikutnya BUMA Australia Pty Ltd (BUMA Australia), kontraktor pertambangan ini didirikan pada tahun 2021 melalui akuisisi bisnis Open Cut Mining milik Downer, dengan warisan sejak tahun 1922.
Anak usaha lainnya adalah PT Bukit Teknologi Digital (BTECH), penyedia solusi pertambangan yang inovatif yang berfokus pada pengembangan teknologi yang hemat biaya dan efisien untuk operasi di lokasi. Terakhir PT BISA Ruang Nuswantara (BIRU), perusahaan yang berfokus pada aspek sosial yang memiliki semangat untuk mempromosikan pendidikan, pelatihan vokasional, pengelolaan limbah, dan daur ulang untuk menciptakan perekonomian yang rendah karbon dan sirkular ekonomi.
Source: Investor.id