Anak Delta Dunia Makmur, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) telah menerima persetujuan yang sah sehubungan dengan early offer (penawaran awal) dan consent solicitation (permintaan persetujuan) terkait syarat dan ketentuan Surat Utang Senior 2026. BUMA menerbitkan surat utang ini sebesar USD 400 juta, dengan tingkat kupon 7,75% per tahun, yang akan jatuh tempo pada tahun 2026.
Direktur Delta Dunia Group,Dian Andyasuri menyatakan dengan hal ini, perusahaan dapat mengejar inisiatif pertumbuhan inorganik yang menguntungkan, memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk memajukan proyek-proyek utama, dan menjajaki potensi akuisisi, sejalan dengan tujuan strategis dari BUMA.
"Kami terus berkomitmen untuk memperkuat neraca keuangan kami sambil secara strategis berinvestasi dalam pertumbuhan jangka panjang bisnis kami. Strategi diversifikasi dan transformasi perusahaan yang sedang berlangsung, yang bertujuan untuk mendukung transisi global menuju ekonomi rendah karbon, merupakan hal yang mendasar bagi strategi keuangan kami yang tangguh dan pertumbuhan signifikan yang difasilitasi olehnya," jelasnya dilansir Kamis (28/3)
42% pemegang telah menyetujui penawaran tender atas surat utang BUMA 2026, dengan total nilai sebesar US$152,9 juta. Hal ini mencerminkan kepercayaan investor akan perusahaan untuk mengoptimalkan tingkat utang dan melanjutkan strategi diversifikasi manajemen modalnya.
Adapun Delta Dunia Group secara signifikan memperkuat neraca keuangannya dan mencapai rasio Net-Debt-to-EBITDA (Utang Bersih terhadap EBITDA) sebesar 1,65x, terendah dalam satu dekade terakhir, turun dari 2,19x pada tahun 2022. Grup juga mengalami peningkatan substansial pada operating cash flow (arus kas operasional), mencapai USD 376 juta, naik 91% dari tahun sebelumnya, sementara free cash flow (arus kas bebas) meningkat menjadi USD 233 juta. Peningkatan ini didorong oleh rekor kinerja EBITDA, manajemen modal kerja yang lebih baik, dan pengembalian pajak yang lebih tinggi yang dicapai oleh Grup.
Dalam 12 bulan terakhir, Grup telah memperoleh fasilitas pembiayaan yang komprehensif, termasuk (i) fasilitas sindikasi pembiayaan sebesar USD 750 juta dengan PT Bank BNI (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan pengembangan usaha; (ii) fasilitas sindikasi pembiayaan syariah pertama sebesar USD 60 juta dari PT Bank Muamalat Tbk; dan (iii) penerbitan surat utang dalam mata uang Rupiah yang pertama dengan jumlah total sebesar IDR 636 milyar (sekitar USD 41 juta), yang merupakan pengembangan dari fasilitas surat utang dalam mata uang Dolar AS yang telah dimiliki oleh Grup sebelumnya.
"Disiplin keuangan kami yang kuat telah menghasilkan rasio utang terhadap EBITDA yang terendah dalam sejarah, bahkan ketika kami terus berupaya untuk mengurangi beban hutang. Ditambah dengan strategi struktur permodalan yang proaktif dan berkesinambungan, kami telah mempertahankan posisi kas bersih yang kuat, yang akan memastikan bahwa perusahaan tetap berada dalam posisi yang baik untuk berinvestasi demi pertumbuhan yang menguntungkan, menghadapi tantangan, dan mengidentifikasi peluang pertumbuhan yang menguntungkan," jelas Dian.
Melalui diversifikasi sumber permodalan, Grup telah berhasil memperoleh persyaratan pembiayaan kembali yang menguntungkan untuk surat utang BUMA 2026 dan pinjaman bank, sehingga memperbaiki profil jatuh tempo utangnya. Penawaran tender, bersama dengan arus kas yang kuat dan berkelanjutan serta akses yang lebih luas terhadap pendanaan, telah secara signifikan mengurangi kewajiban utang surat utang BUMA 2026 untuk tahun 2026 dari USD 366 juta menjadi USD 213 juta. Restrukturisasi keuangan strategis ini tidak hanya meningkatkan kemampuan pengelolaan pembayaran utang, tetapi juga menyoroti komitmen Grup untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pengelolaan modal yang bijaksana, sejalan dengan strategi jangka panjangnya.
"Pendekatan ini tidak hanya mendorong profitabilitas dan meningkatkan nilai pemegang saham, tetapi juga sejalan dengan komitmen kami untuk bertransisi menuju ekonomi rendah karbon," tutur Dian.
Source: Warta Ekonomi